Salah satu prinsip psikologi pendidikan adalah bahwa guru tidak
begitu saja memberikan pengetahuan kepada siswa, tetapi siswa yang harus
aktif membangun pengetahuan dalam pikiran mereka.
Tokoh yang berperan
pada teori ini adalah Jean Piaget dan Vygotsky. Teori Konstruktivisme
didefinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat generatif, yaitu
tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari. Beda dengan
aliran behavioristik yang memahami hakikat belajar sebagai kegiatan yang
bersifat mekanistik antara stimulus respon, kontruktivisme lebih
memahami belajar sebagai kegiatan manusia membangun atau menciptakan
pengetahuan dengan memberi makna pada pengetahuannya sesuai dengan
pengalamanya. Konstruktivisme sebenarnya bukan merupakan gagasan yang
baru, apa yang dilalui dalam kehidupan kita selama ini merupakan
himpunan dan pembinaan pengalaman demi pengalaman. Ini menyebabkan
seseorang mempunyai pengetahuan dan menjadi lebih dinamis.
Salah satu teori atau pandangan yang sangat terkenal berkaitan dengan
teori belajar konstruktivisme adalah teori perkembangan mental Piaget
yang merupakan bagian dari teori kognitif juga. Teori ini biasa juga
disebut teori perkembangan intelektual atau teori perkembangan kognitif.
Teori belajar tersebut berkenaan dengan kesiapan anak untuk belajar,
yang dikemas dalam tahap perkembangan intelektual dari lahir hingga
dewasa. Setiap tahap perkembangan intelektual yang dimaksud dilengkapi
dengan ciri-ciri tertentu dalam mengkonstruksi ilmu pengetahuan.
Misalnya, pada tahap sensori motor anak berpikir melalui gerakan atau
perbuatan.
Selanjutnya, Piaget yang dikenal sebagai konstruktivis pertama
menegaskan bahwa penekanan teori kontruktivisme pada proses untuk
menemukan teori atau pengetahuan yang dibangun dari realitas lapangan.
Peran guru dalam pembelajaran menurut teori kontruktivisme adalah
sebagai fasilitator atau moderator. Pandangan tentang anak dari kalangan
konstruktivistik yang lebih mutakhir yang dikembangkan dari teori
belajar kognitif Piaget menyatakan bahwa ilmu pengetahuan dibangun dalam
pikiran seorang anak dengan kegiatan asimilasi dan akomodasi sesuai
dengan skemata yang dimilikinya. Asimilasi adalah penyerapan informasi
baru dalam pikiran. Sedangkan, akomodasi adalah menyusun kembali
struktur pikiran karena adanya informasi baru, sehingga informasi
tersebut mempunyai tempa. Pengertian tentang akomodasi yang lain adalah
proses mental yang meliputi pembentukan skema baru yang cocok dengan
ransangan baru atau memodifikasi skema yang sudah ada sehingga cocok
dengan rangsangan itu.
Lebih jauh Piaget mengemukakan bahwa pengetahuan tidak diperoleh secara
pasif oleh seseorang, melainkan melalui tindakan. Belajar merupakan
proses untuk membangun penghayatan terhadap suatu materi yang
disampaikan. Bahkan, perkembangan kognitif anak bergantung pada seberapa
jauh mereka aktif memanipulasi dan berinteraksi dengan lingkungannya.
Sedangkan, perkembangan kognitif itu sendiri merupakan proses
berkesinambungan tentang keadaan ketidak-seimbangan dan keadaan
keseimbangan.
Dari pandangan Piaget tentang tahap perkembangan kognitif anak dapat
dipahami bahwa pada tahap tertentu cara maupun kemampuan anak
mengkonstruksi ilmu berbeda-beda berdasarkan kematangan intelektual
anak. Pada teori ini konsekuensinya dalah siswa harus memiliki
ketrampilan unutk menyesuaikan diri atau adaptasi secara tepat. Menurut
C. Asri Budiningsih menjelaskan bahwa ada dua macam proses adapatasi
yaitu adaptasi bersifat autoplastis, yaitu proses penyesuaian diri
dengan cara mengubah diri sesuai suasana lingkungan, lalu adaptasi yang
bersifat aloplastis yaitu adaptasi dengan mengubah situasi lingkungan
sesuai dengan keinginan diri sendiri.
Dari pengertian di atas, dapat dipahami bahwa belajar adalah suatu
aktivitas yang berlangsung secara interaktif antara faktor intern pada
diri pebelajar dengan faktor ekstern atau lingkungan, sehingga
melahirkan perubahan tingkah laku. Berikut adalah tiga dalil pokok Piaget dalam kaitannya dengan tahap
perkembangan intelektual atau tahap perkembangan kognitif atau biasa
juga disebut tahap perkembagan mental. Perkembangan itu antara lain
adalah;
(1) perkembangan intelektual terjadi melalui tahap-tahap
beruntun yang selalu terjadi dengan urutan yang sama. Maksudnya, setiap
manusia akan mengalami urutan-urutan tersebut dan dengan urutan yang
sama,
(2) tahap-tahap tersebut didefinisikan sebagai suatu cluster dari
operasi mental (pengurutan, pengekalan, pengelompokan, pembuatan
hipotesis dan penarikan kesimpulan) yang menunjukkan adanya tingkah laku
intelektual dan
(3) gerak melalui tahap-tahap tersebut dilengkapi oleh
keseimbangan (equilibration), proses pengembangan yang menguraikan
tentang interaksi antara pengalaman (asimilasi) dan struktur kognitif
yang timbul (akomodasi).
Piaget menyimpulkan dari penelitiannya bahwa organisme bukanlah agen
yang pasif dalam perkembangan genetik. Perubahan genetic bukan peristiwa
yang menuju kelangsungan hidup suatu organisme melainkan adanya
adaptasi terhadap lingkungannya dan adanya interaksi antara organisme
dan lingkungannya. Dalam responnya organisme mengubah kondisi lngkungan,
membangun struktur biologi tertentu yang ia perlukan untuk tetap bisa
memoertahankan hidupnya.perkembangan kognitif yang dikembangkan Piaget
banyak dipengaruhi oleh pendidikan awal Piaget dalam bidang biologi.
Dari hasil penelitiannya dalam bidang biologi. Ia sampai pada suatu
keyakinan bahwa suatu organisme hidup dan lahir dengan dua
kecenderunngan yang fundamental, yaitu kecenderunag untuk :
1. beradaptasi
2. organisasi ( tindakan penataan )
untuk memahami proses-proses penataan dan adaptasi terdapat empat konsep dasar, yaitu sebagai berikut :
1. Skema
istilah skema atau skemata yang diberikan oleh Piaget untuk dapat
menjelaskan mengapa seseorang memberikan respon terhadap suatu stimulus
dan untuk menjelaskan banyak hal yang berhubungan dengan ingatan.
Skema adalah struktur kognitif yang digunakan oleh manusia untuk
mengadaptasi diri terhadap lingkungan dan menata lingkungan ini secara
intelektual.
2. Adaptasi terdiri atas proses yang saling mengisi antara asimilasi dan akomodasi
a) Asimilasi
Asimilasi itu suatu proses kognitif, dengan asimilasi seseorang
mengintegrasikan bahan-bahan persepsi atau stimulus ke dalam skema yan
ada atau tingkah laku yang ada. Asimilasi berlangsung setiap saat.
Seseorang tidak hanya memperoses satu stimulis saja, melainkan memproses
banyak stimulus. Secara teoritis, asimilasi tidak menghasilkan
perubahan skemata, tetapi asimilasi mempnagruhi pertumbuhan skemata.
Dengan demikian asimilasi adalah bagian dari proses kognitif, denga
proses itu individu secara kognitif megadaptsi diri terhadap lingkungan
dan menata lingkungan itu.
b) Akomodasi
Akomodasi dapat diartikan sebagai penciptaan skemata baru atau
pengubahan skemata lama. Asimilasi dan akomodasi terjadi sama-sama
saling mengisi pada setiap individu yang menyesuaikan diri dengan
lingkungannya. Proses ini perlu untuk pertumbuhan dan perkembangann
kognitif. Antara asimilasi dan akomodasi harus ada keserasian dan
disebut oleh Piaget adalah keseimbangan.
Menurut Piaget, perkembangan kognitif mempunyai empat aspek, yaitu
1)
kematangan, sebagai hasil perkembangan susunan syaraf;
2) pengalaman,
yaitu hubungan timbal balik antara orgnisme dengan dunianya;
3)
interaksi social, yaitu pengaruh-pengaruh yang diperoleh dalam
hubungannya dengan lingkungan social, dan
4) ekullibrasi, yaitu adanya
kemampuan atau system mengatur dalam diri organisme agar dia selalu
mempau mempertahankan keseimbangan dan penyesuaian diri terhadap
lingkungannya.
System yang mengatur dari dalam mempunyai dua factor, yaitu skema dan
adaptasi. Skema berhubungan dengan pola tingkah laku yang teratur yang
diperhatikan oleh organisma yang merupakan akumulasi dari tingkah laku
yang sederhana hingga yang kompleks. Sedangkan adaptasi adalah fungsi
penyesuaian terhadap lingkungan yang terdiri atas proses asimilasi dan
akomodasi.
Piaget mengemukakan penahapan dalam perkembangan intelektual anak yang dibagi ke dalam empat periode, yaitu :
a. Periode sensorimotor
Menurut Piaget, bayi lahir dengan sejumlah refleks bawaan selain juga
dorongan untuk mengeksplorasi dunianya. Skema awalnya dibentuk melalui
diferensiasi refleks bawaan tersebut. Periode sensorimotor adalah
periode pertama dari empat periode. Piaget berpendapat bahwa tahapan ini
menandai perkembangan kemampuan dan pemahaman spatial penting dalam
enam sub-tahapan:
1. Sub-tahapan skema refleks, muncul saat lahir sampai usia enam minggu dan berhubungan terutama dengan refleks.
2. Sub-tahapan fase reaksi sirkular primer, dari usia enam minggu sampai
empat bulan dan berhubungan terutama dengan munculnya
kebiasaan-kebiasaan.
3. Sub-tahapan fase reaksi sirkular sekunder, muncul antara usia empat
sampai sembilan bulan dan berhubungan terutama dengan koordinasi antara
penglihatan dan pemaknaan.
4. Sub-tahapan koordinasi reaksi sirkular sekunder, muncul dari usia
sembilan sampai duabelas bulan, saat berkembangnya kemampuan untuk
melihat objek sebagai sesuatu yang permanen walau kelihatannya berbeda
kalau dilihat dari sudut berbeda (permanensi objek).
5. Sub-tahapan fase reaksi sirkular tersier, muncul dalam usia dua belas
sampai delapan belas bulan dan berhubungan terutama dengan penemuan
cara-cara baru untuk mencapai tujuan.
6. Sub-tahapan awal representasi simbolik, berhubungan terutama dengan tahapan awal kreativitas.
b. Tahapan praoperasional
Tahapan ini merupakan tahapan kedua dari empat tahapan. Dengan mengamati
urutan permainan, Piaget bisa menunjukkan bahwa setelah akhir usia dua
tahun jenis yang secara kualitatif baru dari fungsi psikologis muncul.
Pemikiran (Pra)Operasi dalam teori Piaget adalah prosedur melakukan
tindakan secara mental terhadap objek-objek. Ciri dari tahapan ini
adalah operasi mental yang jarang dan secara logika tidak memadai. Dalam
tahapan ini, anak belajar menggunakan dan merepresentasikan objek
dengan gambaran dan kata-kata. Pemikirannya masih bersifat egosentris:
anak kesulitan untuk melihat dari sudut pandang orang lain. Anak dapat
mengklasifikasikan objek menggunakan satu ciri, seperti mengumpulkan
semua benda merah walau bentuknya berbeda-beda atau mengumpulkan semua
benda bulat walau warnanya berbeda-beda.
Menurut Piaget, tahapan pra-operasional mengikuti tahapan sensorimotor
dan muncul antara usia dua sampai enam tahun. Dalam tahapan ini, anak
mengembangkan keterampilan berbahasanya. Mereka mulai merepresentasikan
benda-benda dengan kata-kata dan gambar. Bagaimanapun, mereka masih
menggunakan penalaran intuitif bukan logis. Di permulaan tahapan ini,
mereka cenderung egosentris, yaitu, mereka tidak dapat memahami
tempatnya di dunia dan bagaimana hal tersebut berhubungan satu sama
lain. Mereka kesulitan memahami bagaimana perasaan dari orang di
sekitarnya. Tetapi seiring pendewasaan, kemampuan untuk memahami
perspektif orang lain semakin baik. Anak memiliki pikiran yang sangat
imajinatif di saat ini dan menganggap setiap benda yang tidak hidup pun
memiliki perasaan.
c. Tahapan operasional konkrit
Tahapan ini adalah tahapan ketiga dari empat tahapan. Muncul antara usia
enam sampai duabelas tahun dan mempunyai ciri berupa penggunaan logika
yang memadai. Proses-proses penting selama tahapan ini adalah:
Pengurutan—kemampuan untuk mengurutan objek menurut ukuran, bentuk, atau
ciri lainnya. Contohnya, bila diberi benda berbeda ukuran, mereka dapat
mengurutkannya dari benda yang paling besar ke yang paling kecil.
Klasifikasi—kemampuan untuk memberi nama dan mengidentifikasi
serangkaian benda menurut tampilannya, ukurannya, atau karakteristik
lain, termasuk gagasan bahwa serangkaian benda-benda dapat menyertakan
benda lainnya ke dalam rangkaian tersebut. Anak tidak lagi memiliki
keterbatasan logika berupa animisme (anggapan bahwa semua benda hidup
dan berperasaan)
Decentering—anak mulai mempertimbangkan beberapa aspek dari suatu
permasalahan untuk bisa memecahkannya. Sebagai contoh anak tidak akan
lagi menganggap cangkir lebar tapi pendek lebih sedikit isinya dibanding
cangkir kecil yang tinggi.
Reversibility—anak mulai memahami bahwa jumlah atau benda-benda dapat
diubah, kemudian kembali ke keadaan awal. Untuk itu, anak dapat dengan
cepat menentukan bahwa 4+4 sama dengan 8, 8-4 akan sama dengan 4, jumlah
sebelumnya.
Konservasi—memahami bahwa kuantitas, panjang, atau jumlah benda-benda
adalah tidak berhubungan dengan pengaturan atau tampilan dari objek atau
benda-benda tersebut. Sebagai contoh, bila anak diberi cangkir yang
seukuran dan isinya sama banyak, mereka akan tahu bila air dituangkan ke
gelas lain yang ukurannya berbeda, air di gelas itu akan tetap sama
banyak dengan isi cangkir lain.
Penghilangan sifat Egosentrisme—kemampuan untuk melihat sesuatu dari
sudut pandang orang lain (bahkan saat orang tersebut berpikir dengan
cara yang salah). Sebagai contoh, tunjukkan komik yang memperlihatkan
Siti menyimpan boneka di dalam kotak, lalu meninggalkan ruangan,
kemudian Ujang memindahkan boneka itu ke dalam laci, setelah itu baru
Siti kembali ke ruangan. Anak dalam tahap operasi konkrit akan
mengatakan bahwa Siti akan tetap menganggap boneka itu ada di dalam
kotak walau anak itu tahu bahwa boneka itu sudah dipindahkan ke dalam
laci oleh Ujang.
d. Tahapan operasional formal
Tahap operasional formal adalah periode terakhir perkembangan kognitif
dalam teori Piaget. Tahap ini mulai dialami anak dalam usia sebelas
tahun (saat pubertas) dan terus berlanjut sampai dewasa. Karakteristik
tahap ini adalah diperolehnya kemampuan untuk berpikir secara abstrak,
menalar secara logis, dan menarik kesimpulan dari informasi yang
tersedia. Dalam tahapan ini, seseorang dapat memahami hal-hal seperti
cinta, bukti logis, dan nilai. Ia tidak melihat segala sesuatu hanya
dalam bentuk hitam dan putih, namun ada “gradasi abu-abu” di antaranya.
Dilihat dari faktor biologis, tahapan ini muncul saat pubertas (saat
terjadi berbagai perubahan besar lainnya), menandai masuknya ke dunia
dewasa secara fisiologis, kognitif, penalaran moral, perkembangan
psikoseksual, dan perkembangan sosial. Beberapa orang tidak sepenuhnya
mencapai perkembangan sampai tahap ini, sehingga ia tidak mempunyai
keterampilan berpikir sebagai seorang dewasa dan tetap menggunakan
penalaran dari tahap operasional konkrit.
Piaget kemudian mengemukakan bahwa ada 4 aspek yang besar yang ada hubungnnya dengan perkembangan kognitif :
a. Pendewasaaan/kematangan, merupakan pengembanagn dari susunan syaraf.
b. Pengalaman fisis, anak harus mempunyai pengalaman dengan benda-benda
dan stimulus-stimulusdalam lingkungan tempat ia beraksi terhadap
benda-benda itu.
c. Interaksi social, adalah pertukaran ide antara individu dengan individu
d. Keseimbangan, adalah suatu system pengaturan sendiri yang bekerja
untuk menyelesaikan peranan pendewasaan, penglaman fisis, dan interksi
social.
Implementasi Dalam Pembelajaran
Teori Piaget membahas kognitif atau intelektual. Dan perkembangan
intelektual erat hubungannya dengan belajar, sehhingga perkembangan
intelektual ini dapat dijadkan landasan untuk memahami belajar. Belajar
dapat didefinisikan sebagai perubahan tingkah laku yang terjadi akibat
adanya pengalaman dan sifatnya relatif tetap. Teori Piaget mengenai
terjadinya belajar didasari atas 4 konsep dasar, yaitu skema, asimilasi,
akomodasi dan keseimbangan. Piaget memandang belajar itu sebagai
tindakan kognitif, yaitu tindakan yang menyangkut pikiran. Tindakan
kognitif menyangkut tindakan penataan dan pengadaptasian terhadap
lingkungan.
Piaget menginterpretasikan perkembangan kognitif dengan menggunakan diagram berikut :
Berdasarkan diagram tersebut dimulai dengan meninjau anak yang sudah
memiliki pengalaman yang khas, yang berarti anak sudah memiliki sejumlah
skemata yang khas. Pada suatu keadaan seimbang sesaat ketika ia
berhadapan dengan stimulus (bisa berupa benda, peristiwa, gagasan) pada
pikiran anak terjadi pemilahan melalalui memorinya. Dalam memori anak
terdapat 2 kemungkuinan yang dapat terjadi yaitu :
Terdapat kesesuaian sempurna antara stimulus dengan skema yang sudah ada dalam pikiran anak
Terdapat kecocokan yang tidak sempurna, antara stimulus dengan skema yang ada dalam pikiran anak.
Kedua hal itu merupakan kejadian asimilasi.
Menurut diagram, kejadian kesesuaian yang sempurna itu merupakan
penguatan terhadap skema yang sudah ada. Stimulus yang baru (datang)
tidak sepenuhnya dapat diasimilasikan ke dalam skemata yang ada. Di sini
terjadi semacam gangguan mental atau ketidakpuasan mental seperti
keingintahuan, kepedulian, kebingungan, kekesalan, dsb. Dalam keadaaan
tidak seimbang ini anak mempunyai 2 pilihan :
Melepaskan diri dari proses belajar dan mengabaikan stimulus atau menyerah dan tidak berbuat aa-apa (jalan buntu)
Memberi tanggapan terhadap stimulus baru itu baik berupa tanggapan
secara fisik maupun mental. Bila ini dilakukan anak mengubah
pandangannya atau skemanya sebagai akibat dari tindakan mental yang
dilakukannya terhadap stimulus itu. Peritiwa ini disebut akomodasi.